Jumat, 05 Desember 2014

Untuk Puan yang Berada di Kejauhan (2) (Karya : Rizki Ramadhan)


Rindu, memang ku rindu
Tapi kau malah tak padu
Puan yang ku tahu tak pernah ragu
Setiap waktu ingin bertemu

Bicara sebenarnya dituduh tak patuh
Ku kira dusta tak ada padamu
Namun di belakang kau tambah gaduh
Menyingkap tabir hingga tak sendu

Kau mau itu?
Ku lakukan tanpa ragu
Aku mau itu!
Kau malah tak acuh kepada ku

Bahagia ku tancapkan di pundakmu
Kau tak kasih dan tak senyum tersipu
Kau merajai sukmamu
Tanpa pikirkan kalbuku

Jakarta, 3 Desember 2014 

Untuk Puan yang Berada di Kejauhan (Karya : Rizki Ramadhan)


Seperempat bulan yang suram
Sendiri dalam buaian yang tenggelam
Tak mampu berjumpa walau semalam
Tak sanggup memulai kembali yang kelam

Pikiran dengan keras berontak
Tentang puan yang berada di kejauhan
Hati kembali tak berbincang
Dalam sunyi hanya termangu di pangkuan

Ku lihat kembali nostalgia di kehidupan
Perlahan-lahan ku lihat siluet berwarna terang
Ku pandang dengan penuh hikmat
Tak ku lepas walau bumi menggoncang

Ku beri kasih khusus untuk puan
Walau puan sendiri tak pernah paham
Namun tegar tetap berjalan
Hingga bintang tak lagi bersinar

Jakarta, 29 November 2014 

Rabu, 05 Februari 2014

Naskah Drama "Dusta Menuju Kesesatan" (karya Rizki Ramadhan)



Babak I

Disebuah perkampungan yang sangat tentram, telah datang pasangan suami istri yang hijrah dari kota ke desa karena masalah ekonomi.

Fatimah  : (berhenti sejenak) “huft, perjalanannya sungguh sangat melelahkan suami ku.”                          
                 (mengusap keringat)

Ahmad  : “tenang saja istriku, sedikit lagi kita akan sampai di rumah baru kita.”

Fatimah  : “tapi kapan? Aku sudah sangat lelah, sudah sangat jauh perjalanan yang kita  
                  tempuh”

Ahmad  : “aku tahu kamu lelah, sabarlah sedikit lagi kita akan sampai.”

Di tengah perjalanan mereka pun bertemu dengan Kepala Desa

Pak Kades : “assalamualaikum bapak, ibu.”

Ahmad & Fatimah  : “waalaikumus salam bapak”

Pak Kades  : “kalian warga baru disini ?”

Fatimah : “iya bapak, kita memang warga baru di sini, kita baru pindah dari Jakarta           
                 Bapak”

Pak Kades  : “kalo boleh tau, memang kalian kenapa pindah ke desa ini?”

Ahmad  : “karna masalah pekerjaan, di kota susah sekali mendapatkan pekerjaan,
                 mungkin di sini akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan”

Pak Kades  : “Loh (terkejut) bukannya banyak ya lowongan pekerjaan yang ada di kota?”

Ahmad  :  “memang banyak pak lowongan pekerjaan di sana, tapi saya Cuma lulusan
                  smp, sedangkan yang mereka cari itu lulusan sarjana”

Pak Kades : “hem jadi begitu.”

Fatimah  : “maf nih pak, ngomong-ngomong kita belum berkenalan nih pak”

Pak Kades  :  “oh iya, nama saya Harun, saya menjabat sebagai kepala desa ini”

Fatimah  : “saya Fatimah dan ini suami saya Ahmad” (berjabat tangan)

Ahmad  : “oh jadi bapak kepala desa toh, mohon bantuannya pak saya belum banyak
                 mengenal warga desa ini.”

Pak Kades  :  “ iya pasti, sebagai kepala desa yang baik saya akan membantu warga yang
                       ada di desa ini, apalagi warga baru seperti kalian”

Fatimah  :  “ terima kasih banyak bapak.”

Pak Kades  : “iya sama-sama”

Muncullah Badri yang hendak pergi mengaji ke rumah Kiayi Yahya

Badri   : “assalamualaikum pak kades” (berjabat tangan)

Pak Kades  : “waalaikum salam, mau pergi kemana kamu Badri?”

Badri  : “saya ingin pergi mengaji”

Pak Kades  : “ mengaji di mana ?”

Badri  :  “biasa di rumah Kiayi Yahya”

Pak Kades  : “oh begitu rupanya”

Badri  :  “ ngomong-ngomong itu siapa Pak Kades?”

Pak Kades  : “mereka adalah warga baru di sini.:

Ahmad  : “perkenalkan saya Ahmad (berjabat tangan) dan ini istri saya Fatimah.”

Badri  :  “iya.. nama saya Badri, salam kenal ya, kalau begitu saya pamit dulu ya.. saya
               buru-buru takut telat, assalamualaikum”

Pak Kades  : “waalaikum salam”

Ahmad & Fatimah : “waalaikumsalam”

Badri pun pergi mengaji ke rumah Kiayi Yahya

Fatimah   : “kalau begitu kita juga pamit pak kades”

Pak  Kades  : “ko buru-buru sih”

Ahmad  :  “iya nih Pak Kades, kita sudah lelah ingin cepat-cepat sampai di rumah baru
                  kita”

Pak Kades  : “kalian lewat mana?”

Ahmad  :  “kami lewat situ Pak Kades.”

Pak Kades  : “yasudah kalau begitu bareng saja, saya juga mau lewat situ.”

Fatimah  :  “yasudah…”

Ahmad dan istrinya bergegas pergi, begitu juga dengan Pak Kades

Babak II

Di depan rumah Kiayi Yahya,datanglah Badri sambil mengetuk pintu rumah Kiayi Yahya

Badri  : “ assalamualaikum..” (mengetuk pintu)

Kiayi Yahya : “waalaikumussalam wr. wb, sudah sampai kau rupanya Badri”

Badri  : “iya pak Kiayi” (mencium tangan Kiayi)

Kiayi Yahya  : “ nampaknya kau lelah sekali”

Badri  :  “haduh, (mengusap keringat) iya nih pak Kiayi”

Kiayi Yahya : “mengapa kau bisa selelah ini ?”

Badri  :  “tadi pak Kiayi saya lewat jalan yang biasa saya lewati, tetapi sedang ada
               perbaikan jalan, akhirnya saya muter balik lewat jalan yang satu lagi, dan saat
               itu juga saya bertemu dengan Pak kades dan warga baru”

Kiayi Yahya  : “warga baru ?”

Badri  :  “iya pak Kiayi, mereka itu pasangan suami istri”

Kiayi Yahya : “lalu mereka tinggal di mana?”

Badri  :  “saya kurang tau pak kiayi”

Kiayi Yahya  : “ yasudahlah, ayuk masuk ke dalam kita mengaji”

Mereka berdua masuk ke dalam rumah dan mengaji.

Babak III

Di halaman rumah Ahmad yang baru ditempatinya, terlihat Fatimah sedang bersih-bersih (menyapu lantai)

Fatimah  : “ hari baru, udara yang baru. Semoga dapat tetangga yang baik, dan bisa saling
                   membantu satu sama lain.” J

Tiba-tiba tampak dari dalam rumah terdengar teriakan suaminya.


Ahmad  : “ibu… bu..”

Fatimah  : “ada apa bapak pagi-pagi begini teriak?”

Ahmad  : “aku menemukan sesuatu bu di bawah bantal”

Fatimah  : “apa yang kamu temukan?”

Ahmad  : “aku temukan batu batu cincin bu”

Fatimah  : “ loh ko bias begitu pak ?”

Ahmad  : “ iya bias bu, sebelumnya aku bermimpi bu”

Fatimah  : “mimpi apa memangnya?”

Ahmad  : “aku mimpi bertemu dengan seorang laki-laki yang memakai jubah berwarna
                  hitam, lalu dia memberikan batu batu cincin ini bu”

Fatimah  : “Lalu setelah itu apalagi pak ?”

Ahmad  : “dia pun berkata bahwa batu batu cincin ini dapat menyembuhkan segala
                  macam penyakit, untuk mencari jodoh, menambah rejeki, dan lain-lain bu

Fatimah  : “astagfirullah al-adzim.. lalu bapak percaya begitu saja ?”

Ahmad  : “ya jelaslah aku percaya, karna batu ini akan memberikan banyak rezeki dan
                  keuntungan untuk kita”

Fatimah :  “istigfar pak.. yang memberikan kita rejeki hanyalah Allah, jangan percaya
                  dengan benda-benda seperti itu”

Ahmad  : “tau apa kau bu ! batu ini turun dari langit dan akan memberi kita rezeki dan
                  mengubah kehidupan seseorang”

Fatimah   : “sadar pak.. sadar, istigfar pak.. jangan kayak gini dong,, kita kan warga baru
                   disini, jangan cari-cari masalah pak” (nada tinggi)

Ahmad  : “diam kau bu !! banyak bicara kau ini !!” (emosi)

Orang-orang yang tidak sengaja mendengar obrolan Ahmad dan istrinya, yang mengaku memiliki batu cincin yang bisa digunakan untuk menolong siapa saja, mereka pun tidak percaya lalu mereka menghampiri Ahmad.

Dewi, Sri, dan Wulan : “assalamualaikum”

Ahmad & Fatimah  : “waalaikumussalam”

Dewi   :  “maaf nih pak sebelumnya”

Ahmad  : “iya memang ada apa?”

Dewi  :  “tadi kami lagi di jalan pak, tidak sengaja kami mendengar pembicaraan bapak,
                bahwa bapak menemukan batu cicin yang bisa mengubah kehidupan seseorang,                                
                apa betul begitu pak?”

Fatimah  : “jangan dengarkan suami saya, dia berbohong !!” (nada tinggi)

Dewi  :  “iya tuh tidak mungkin, saya juga tidak percaya dengan bualan suami ibu”

Sri   :   “Saya juga tidak percaya”

Wulan  :  “iya pak, saya juga tidak percaya”

Ahmad  : “Yasudah kalau kalian tidak percaya, saya akan buktikan”

Dewi,Sri,Wulan : “Iya pak buktikan”

Ahmad  : “Tunggu sebentar saya akan mengambil sesuatu”

Fatimah  :  “mau kemana pak ?”

Ahmad  : “diam kamu!!” (nada tinggi)

Ahmad pun masuk ke dalam rumah dan mengambil sesuatu.

Ahmad  : “saya akan buktikan bahwa batu cincin ini benar-benar memiliki kekuatan, ini
                  ada sebuah kotak (menunjukan kotak) kalian punya uang berapa?”

Dewi,Sri,Wulan : “buat apa?”

Ahmad  : “Buat saya gandakan uang kalian”

Dewi  :  “memang bisa pak ?”

Ahmad  : “bisa !! (penuh keyakinan) kalian punya uang berapa?”

Dewi  :  “ini pak uang saya” (memberikan uangnya)

Sri   :  “ini pak uang saya” (memberikan uangnya)

Wulan  : “ini pak uang saya” (memberikan uangnya)

Ahmad  : “ini uang kalian saya masukan ke dalam kotak, dan saya lipat gandakan 5 kali
                  lipat”

Uang Dewi, Sri dan Wulan di masukan ke dalam kotak lalu Ahmad berkomat-kamit dan menggesek-gesek batu batu cincinnya di atas kotak.


Ahmad  : “tunggu sebentar”

Dewi, Sri,Wulan : “iya pak”

Ahmad  : “kalian tidak usah menunggu lama-lama, sekarang saya akan ambil uang kalian
                 di dalam kotak ini (Ahmad pun mengambil uangnya di dalam kotak) ini uang                 
                 kalian sudah saya gandakan lima kali lipat”

Dewi,Sri, Wulan : “wuah tenyata beneran ya pak” (terkejut)

Ahmad  : “iya dongg semuanya berkat batu cincin ini”

Dewi, Sri,Wulan : “wuah hebat”

Ahmad  : “haha.. iyalah, jika kalian mau mendapatkan uang yang lebih bnyak dari ini,
                  maka kalian harus jadi pengikutku”

Dewi  :  “wuah aku bisa kaya mendadak nih.. yasudah pak mulai sekarang saya mau jadi  
                 pengikut bapak”

Wulan  : “gimana sri? Apa kamu juga mau menjadi pengikutnya?”

Sri  :  “emm gimana ya, (berfiikir) yasudah kalau begitu aku mau menjadi pengikutnya”

Wulan : “ yasudah aku juga mau jadi pengikutnya”

Ahmad  : “bagus kalau kalian mau jadi pengikutku”

Fatimah : “Jangan !! (melarang) kalian jangan jadi pengikut suamiku !! sungguh kalian  
                  akan tersesat (nada tinggi)


Ahmad  : “diamlah !! (nada tinggi) mau apa sebenarnya dirimu melarangku !! ini      
                  pekerjaanku, tak pantas kau melarangku !!” (nada tinggi)

Fatimah  : “Tapi pak…”

Ahmad  : “diam kau !!” (kesal)

Dewi  : “kalau begitu kita pergi dulu pak”

Ahmad  : “oh yasudah.. tapi ingat kalian harus beri tahu warga lain ya”

Dewi,Sri,Wulan : “baik pak, assalamualaikum”

Ahmad  : “waalaikumsalam”

Dewi, Sri, dan Wulan percaya bahwa batu cincin Pak Ahmad benar-benar bisa mengubah kehidupan seseorang, mereka pun pergi meninggalkan rumah Pak Ahmad dan akan memberitahukan keepada warga mengenai kesaktian batu cincin Pak Ahmad.

Fatimah  : “pak sadar pak, berhenti bertindak bodoh seperti ini, bapak akan menyesatkan                 
                   banyak orang !!” (nada tinggi)

Ahmad  : “bosan ku mendengar kata-kata mu” (masuk ke dalam rumah)

Fatimah : “tapi pak…..” (masuk ke dalam rumah)

Mereka masuk ke dalam rumah. Setelah beberapa kali dinasihati oleh istrinya, Ahmad pun tak menghiraukan kata-kata istrinya, Ahmad dan istrinya tetap mempertahankan pendiriannya masing-masing.

Babak IV

Di tengah jalan, Dewi, Sri dan Wulan bercerita tentang Pak Ahmad yang memiliki batu cincin sakti.

Dewi  : “eh gak nyangka ya, ternyata Pak Ahmad punya batu cincin sakti ya”

Sri   :  “iya gak nyangka ya, padahal dia baru banget tinggal di sini”

Wulan  : “ iya bener, padahal baru banget tinggal disini”

Sri   :  “hei Wulan. Dari tadi kau ikuti kata-kata ku terus sih !!”

Wulan  : “yeah tidak sih”

Ketika ada seorang warga yang lewat, Dewi pun memberhentikannya.

Dewi   :  “hei pak Sam, maf nih mengganggu sebentar”

Sam   :  “memang ada apa nih tiba-tiba memberhentikan saya?”

Dewi  :  “begini pak Sam, bapak tau pak Ahmad yang warga baru itu kan?”

Sam  :  “oh pak Ahmad? Iya saya tahu, memang kenapa?”

Dewi  : “bapak tahu gak yang sebenarnya dia itu siapa?”

Sam  :  “dia itu pindahan dari kota kan?”

Dewi  : “bukan itu pak, tapi dia itu mempunyai batu cincin yang sangat sakti pak.”

Sam  :  “Jangan asal bicara kamu ini !”

Dewi  :  “loh saya tidak berkata sembarangan, ini serius, kalo tidak percaya tanya saja
                teman-teman saya”

Sri   : “iya benar tuh pak, kalo pak Ahmad benar-benar memiliki batu batu cincin yang
           sangat sakti pak”

Sam  :  “mana buktinya kalo dia mempunyai batu cincin yang sakti? Gak ada kan?”

Wulan  :  “ya jelas ada lah pak”

Sri  : “iya pak ada, buktinya tadi pak Ahmad dengan bantuan batu cincinnya bisa
          menggandakan uang kami pak”

Sam  :  “ah yang benar kalian?”

Wulan  : “ benar pak, bukan cuma itu saja, batu cincin pak Ahmad juga bisa mengubah
                 kehidupan seseorang, mendapat jodoh, rezeki, pekerjaan dan sebagainya pak”

Sam  :  “serius kalian?”

Dewi,Sri,Wulan : “iya pak”

Sam  :  “wuah saya jadi ingin mendapatkan jodoh juga”

Dewi  : “yasudah kalau begitu bapak jadi pengikutnya pak Ahmad saja”

Sam  :  “oh yasudah kalau begitu saya mau menjadi pengikut pak Ahmad”

Dewi  : “yasudah bagus kalau memang begitu, jangan lupa ajak teman-teman bapak ya”

Sam  :  “tentu saja, nanti saya akan ajak teman-teman saya.”

Dewi  : “yasudah besok pagi kita sama-sama pergi ke rumah pak Ahmad, minta agar
               bapak boleh menjadi pengikutnya”

Sam  :  “okeh deh”

Badri yang berangkat dari rumahnya untuk mengaji di rumah Kiayi Yahya, melihat banyak orang saling berbincang, dia pun seraya menghampiri.

Badri  : “assalamualaikum”

Dewi,Sri,Wulan,Sam :  waalaikumsalam”

Badri  : “ada apa di sini rame-rame?”

Dewi : “begini bad, kita sedang membicarakan pak Ahmad”

Badri  : “ko bicarain orang sih ! (nada tinggi) itu gak baik, itu namanya gibah”

Dewi  : “ bukan itu maksudnya.. tapi kita sedang membicarakan batu cincin sakti punya
                nya pak Ahmad”

Badri  : “apa ? batu cincin sakti? (terkejut) ah ngaco kamu”

Sri  : “bener itu bad”

Wulan  : “iya bener tuh bad”

Badri  : “ kenapa kalian bisa bilang batu cincin pak Ahmad itu sakti?”

Dewi : “karma dengan bantuann batu cincin pak Ahmad, uang kami bisa digandakan 5
              kali lipat, hebat kan tuh, selain itu batu cincin pak Ahmad juga bisa mengubah
              kehidupan”

Badri  : “ wuah kaco ini, masa kalian percaya dengan benda seperti itu sih, seharusnya
                kalian hanya percaya kepada Allah SWT”

Sam  : “Hei Badri, tau apa kau ini”

Badri  : “astagfirullah al-adzim, istigfar kalian semua”

Sam  : “lebih baik kau diam, kau tak tahu apa-apa”

Badri  : “akan saya adukan perbuatan kalian kepada Kiayi Yahya”

Sam  : “silahkan !! (kesal) laporkan saja!!”

Badri  : “baiklah kalau begitu saya pergi dulu, assalamualaikum”

Dewi,Sri,Wulan,Sam :  waalaikumsalam”

Badri pun pergi mengaji serta melaporkan hal tersebut kepada Kiayi Yahya.

Sam  :  “yasudah kalau begitu saya pulang ke rumah ya”

Dewi,Sri,Wulan :  kalau begitu bareng saja pak”

Sam  :  “yasudah ayo”

Mereka pun pulang menuju ke rumah masing-masing.

Babak V

Badri menuju rumah Kiayi Yahya untuk mengaji, serta melaporkan atas kejadian batu cincin sakti milik pak Ahmad.

Badri   :  “assalamu’alaikum pak Kiayi”

Kiayi Yahya : “waalaikumussalam wr.wb.”

Badri  :  “pak kiayi… gawat… gawat..” (cemas)

Kiayi Yahya : “tenang-tenang bad”

Badri  :  “iya pak Kiayi” (menarik nafas)

Kiayi Yahya : “mukamu terlihat cemas sekali, memang kau kenpa?”

Badri  :  “tadi di jalan pak Kiayi”

Kiayi Yahya : “iya-iya memang di jalan ada apa ?”

Badri  :  “tadi saya bertemu dengan Dewi dan tema-temannya, lalu mereka mengatakan
                bahwa batu cincin Pak Ahmad bisa merubah kehidupan.”

Kiayi Yahya : “apa ? (kaget) apa kamu tidak salah dengar?”

Badri  :  “tidak pak Kiayi, mereka yang bilang sendiri”

Kiayi Yahya : “astagfirullah al-adzim, mengapa mereka semua percaya bahwa batu
                         cincin itu bisa merubah kehidupan?”

Badri  :  “karena batu cincin itu bisa menggandakan uang merka menjadi 5 kali lipat Pak  
                Kiayi”

Kiayi Yahya : “astagfirullah al-adzim, sungguh mereka telah mensekutukan Allah,
                         sungguh tersesat orang-orang itu”

Badri  :  “saya juga tidak habis pikir pak Kiayi, masa warga baru sudah membuat warga
                di kampung kita jadi seperti ini”

Kiayi Yahya : “siapa saja orang di kampung kita yang percaya dengan kesaktian batu
                         cincin pak Ahmad?”

Badri  :  “Dewi dan kawan-kawannya percaya pak Kiayi, begitu juga dengan Pak Sam,
                apakah mungkin warga yang lain juga akan mempercayainya?”

Kiayi Yahya : “astagfirullah al-adzim, tenyata lemah sekali iman Dewi dan teman-
                          temannya serta pak Sam”

Badri  :  “tindakan kita apa pak Kiayi?”

Kiayi Yahya : “kita harus memberhentikan in semua, jangan sampai warga di sini
                         menjadi sesat hanya karna ulah orang yang tidak mempunyai iman dan
                         tidak bertanggung jawab”

Badri  :  “betul itu pak Kiayi”

Kiayi Yahya : “kita harus menyadarkan orang-orang yang sudah terlebih dahulu sesat”

Badri  :  “saya akan selalu ada untuk itu semua”

Kiayi Yahya : “bagus badri, kau cari kabar lagi mengenai batu cincin sakti pak Ahmad”

Badri  :  “baik pak Kiayi”

Kiayi Yahya : “yasudah ayo masuk ke dalam, sekalian kita mengaji”

Badri  :  “iya pak Kiayi”

Mereka berdua masuk ke dalam untuk mengaji.

Babak VI

Ketika terik matahari sudah menyengat bumi, warga pun berbondong-bondong untuk pergi ke rumah Ahmad untuk menjadi pengikut pak Ahmad.

Warga  : “assalamualaikum”

Ahmad  : “waalaikumussalam, ada apa gerangan kalian datang ke sini?”

Dewi  :  “begini pak Ahmad….”

Ahmad  :  “loh mulai sekarang jangan panggil saya pak Ahmad, tapi pangggil saya
                   dengan sebutan Eyang Ahmad”

Dewi  : “iya Eyang Ahmad, sesuai dengan janji kami, sekarang kami bawakan engkau
              pengikut wahai Eyang Ahmad”

Ahmad  :  “haha, ternya kerja kalian bagus sekali” (memuji)

Dewi  : “ini yang akan menjadi pengikutmu Eyang Ahmad”

Sri   :  “ini adalah Pak Sam” (menunjuk Sam)

Wulan  :  “dan ini Pak Husein” (menunjuk Husein)

Husein  : “wahai Eyang Ahmad, saya ingin jadi pengikutmu”

Sam   :  “saya juga ingin jadi pengikutmu”

Ahmad  :  “yasudah kalau begitu kalian saya terima menjadi pengikutku, haha”

Warga  :  “terima kasih Eyang Ahmad”

Ahmad  : iya-iya, tapi ingat ! (mengacam) kalian harus mengikuti semua perintahku.”

Warga  :  “ baik Eyang Ahmad”

Ahmad  : “akan aku ubah kehidupan kalian, yang dulunya kalian susah akan menjadi
                  kaya raya, apapun yang kalian inginkan, semua akan tercapai dengan bantuan                 
                  batu cincin sakti ini”

Warga  : “terima kasih Eyang”

Ahmad  : “kalau begitu, pulanglah kalian semua, sesampainya kalian di rumah, kalian
                  masuk ke kamar dan kalian lihat di bawah bantal kalian, di situ sudah aku
                  taruh emas dan berian untuk kalian semua”

Sri   : “wuah tidak rugi ya kita menjadi pengikut Eyang”

Wulan  : “iya tidak rugi ya”

Warga  : “iya benar tuh”

Ahmad  : “yasudah pulanglah kalian, jangan lupa nanti malam kalian datang ke sini untuk
                  aku kukuhkan kalian menjadi pengikutku”

Warga  : “baik Eyang, assalamu’alaikum”

Ahmad  : “waalaikumsalam”

Warga meninggalkan rumah Pak Ahmad yang sekarang dipanggil Eyang Ahmad, karena kekuatannya.

Babak VII

Warga yang ingin pulang ke rumah, di tengah perjalanan bertemu dengan Pak Kades.

Pak Kades : “assalamu’alaikum bu.. pak…”

Warga  : “waalaikumsalam pak Kades”

Pak Kades  : “dari mana kalian rame-rame begini?”

Husein  :  “dari rumah Eyang Ahmad, pak Kades.”

Pak Kades : “Eyang Ahmad itu siapa?”

Husein  : “Eyang Ahmad itu pak Ahmad, yang warga baru itu pak Kades”

Pak Kades  : “loh, (kaget) kenapa dia dipanggil Eyang Ahmad?”

Dewi  : “karena dia memiliki kesaktian di batu cincinnya”

Pak Kades : “batu cincinnya sakti? Maksudnya apa?”

Husein : “maksudnya, Pak Ahmad itu memiliki batu cincin yang sakti, yang bisa
                merubah kehidupan, pak”

Pak Kades : “loh, ko bisa begitu sih? Ngaco kalian !! Mana buktinya?”

Sri   :  “yeah bapak dibilangin ngak percaya, sudah dibuktikan ko kebenarannya”

Wulan  :  “iya pak sudah dibuktikan kebenarannya”

Pak Kades : “iya mana buktinya?”

Dewi  :  “waktu itu uang Dewi, Sri dan Wulan, dimasukkan ke dalam kotak, lalu kotak
                tersebut digesek-gesek dengan batu cincin Eyang Ahmad dan pada waktu itu                 
                juga uang kami berlipat ganda menjadi lima kali lipat”

Pak Kades : “itu paling hanya tipuan dia saja”

Sam    :  “hei bapak jangan asal bicara ya !! (marah)  Eyang Ahmad itu adalah guru kami,               
                jadi bapak tidak boleh asal bicara”

Pak Kades  : “jangan hanya gara-gara hal itu kalian jadi percaya bahwa batu cincin itu
                       benar-benar sakti, mungkin otak kalian sudah dicuci kali ama si Eyang itu”
                       (menyindir)

Husein  : “yasudah terserah bapak mau bicara seperti apa !! (nada tinggi) yang pasti kita
                semua mau pulang… mau buru-buru masuk kamar.”

Pak Kades : “loh ko tiba-tiba masuk kamar sih?” (terkejut)

Husein  : “karena Eyang Ahmad telah menjanjikan kepada kita bahwa ketika kita pulang
                nanti, di bawah bantal akan ada emas dan berian sebagai hadiah karna telah                                 
                menjadi pengikut Eyang Ahmad”

Pak Kades : “terus kalian percaya?”

Husein : “ ya jelaslah, dia kan guru kita, dia gak bakal membohongi kita.”

Pak Kades : “tapi kan….”

Husein  : “yasudahlah Pak Kades, kita mau pulang ke rumah ya…

Pak Kades : “saya belum rapi bicara!!” (nada tinggi)

Warga   :   “dah.. assalamu’alaikum..”

Pak Kades : “waalaikumsalam”

Mereka pun pulang ke rumah masing-masing.

Babak VIII

Ketika malam, warga berbondong-bondong ke rumah Eyang Ahmad untuk dikukuhkan menjadi pengikut Eyang Ahmad.

Warga   :  “assalamu’alaikum Eyang Ahmad”

Ahmad  :  “waalaikumsalam, bagus kalian sudah datang ke rumah ku untuk aku
                   kukuhkan”

Husein  : “iya Eyang Ahmad, kami selalu menepati janji kami”

Ahmad  : “bagus kalau begitu, silahkan kalian duduk disitu”

Warga  : “baik Eyang”

Ahmad  :  “dengarkan perkataan saya wahai pengikutku !! saya adalah Eyang Ahmad,
                   yang akan mengubah kehidupan kalian semua.”

Husein  : “Hidup Eyang Ahmad!!”

Warga  :  “Hidup Eyang Ahmad!!”

Ahmad  :  “haha, terima kasih. Oh iya.. apakah kalian sudah menemukan emas dan
                   berlian di kamar kalian?”

Dewi  :  “iya sudah Eyang Ahmad, kami semua sudah mendapatkan emas dan berlian
                yang Eyang janjikan”

Ahmad  :  “yasudah bagus kalau begitu, tapi ingat kalian harus benar-benar menyakini
                  sepenuhnya bahwa aku adalah Eyang Ahmad, yang akan memberikan kalian                  
                  pertolongan”

Sam  :  “tentu kami akan meyakini dengan sepenuh hati”

Sri   :  “betul itu Eyang”

Wulan : “iya betul Eyang”

Husein  :  “Hidup Eyang Ahmad!!”

Warga   :  “Hidup Eyang Ahmad!!”

Secara mengejutkan, Kiayi Yahya bersama muridnya dan juga Pak Kades, serta istri Pak Ahmad datang secara tiba-tiba.

Kiayi Yahya : “assalamu’alaikum”

Warga  : “waalaikumsalam”

Ahmad  : “mau apa kalian datang ke sini !!” (kesal)

Pak Kades  : “sabarlah Pak Ahmad”

Ahmad  :  “aku kira kau sedang tidur di kamar, tak tahunya kau bersama mereka
                   menghianatiku.” (menunjuk Fatimah)

Fatimah : “aku seperti ini agar engkau sadar, agar engkau tidak tersesat”

Badri  : “betul tuh pak Ahmad”

Ahmad  :  “diam kau!!” (menunjuk Badri)

Kiayi Yahya : “maksud dan tujuan kami datang ke sini agar engkau sadar dengan
                         perbuatanmu, agar engkau tidak tersesat terlalu jauh.”

Ahmad  :  “tau apa kau ini !!” (nada tinggi) batu cincin ini akan menolong semua
                   pengikutku”

Kiayi Yahya  : “sadarlah, yang memberikan pertolongan hanyalah Allah, jangan sekali-
                          kali meminta pertolongan dengan benda, itu sama aja kalian                 
                          mempersekutukan Allah, berarti kalian telah syirik, Allah tidak menyukai
                         orang-orang yang menduakannya.”

Badri   :  “benar itu pak Kiayi”

Ahmad  : “diam kau !! (kesal)  kurang ngajar sekali kau Kiayi sudah berani menasihatiku,
                  rasakan ini !! (berkomat-kamit sambil memainkan cincinnya)

Kiayi Yahya : “bismillahhirrahmanirrahim”

Sesaat kemudian Ahmad pun terpental dan menghembuskan nafas terakhir dalam keadaan Su’ul Khotimah.

Fatimah : “bapak…. Bapak jangan tinggalin ibu” (sedih)

Kiayi Yahya : “innalillahi wainna ilaihi rajiun, maha suci Allah yang telah memberikan
                         kita banyak sekali nikmat, ALLAHU AKBAR”

Warga  :  “innalillahi wainna ilaihi rajiun”

Kiayi Yahya : “ apakah kalian masih mempercayai tentang kesaktian batu cincin itu?”

Warga  : “tidak pak Kiayi” (menundukan kepala)

Dewi  : “kami tahu selama ini kami sudah salah pak Kiayi”

Warga  : “iya kami salah pak Kiayi, kami ingin seperti dulu lagi pak Kiayi”

Kiayi Yahya  : “ikuti kata-kata saya”

Warga  :  “baik pak Kiayi”

Kiayi Yahya : “asyhaduala ilaahaillah, wa’asyhaduana muhammadarrosulullah”

Warga  : “asyhaduala ilaahaillah, wa’asyhaduana muhammadarrosulullah”

Pak Kades  : “yasudah mari kita angkat jasad pak Ahmad dan kita bawa ke dalam rumah”

Warga  :  “baik pak Kades”

Akhirnya mereka membawa masuk jasad pak Ahmad ke dalam rumah, dan keadaan warga kembali seperti semula, dan semua warga percaya bahwa tidak ada yang mampu menandingi kekuatan ALLAH SWT.