Babak I
Disebuah
perkampungan yang sangat tentram, telah datang pasangan suami istri yang hijrah
dari kota ke
desa karena masalah ekonomi.
Fatimah
: (berhenti sejenak) “huft,
perjalanannya sungguh sangat melelahkan suami ku.”
(mengusap keringat)
Ahmad :
“tenang saja istriku, sedikit lagi kita akan sampai di rumah baru kita.”
Fatimah
: “tapi kapan? Aku sudah sangat lelah, sudah sangat jauh perjalanan yang
kita
tempuh”
Ahmad :
“aku tahu kamu lelah, sabarlah sedikit lagi kita akan sampai.”
Di
tengah perjalanan mereka pun bertemu dengan Kepala Desa
Pak Kades : “assalamualaikum bapak, ibu.”
Ahmad & Fatimah : “waalaikumus salam bapak”
Pak Kades
: “kalian warga baru disini ?”
Fatimah : “iya bapak, kita memang warga baru di
sini, kita baru pindah dari Jakarta
Bapak”
Pak Kades
: “kalo boleh tau, memang kalian kenapa pindah ke desa ini?”
Ahmad :
“karna masalah pekerjaan, di kota
susah sekali mendapatkan pekerjaan,
mungkin di sini akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan”
Pak Kades
: “Loh (terkejut) bukannya
banyak ya lowongan pekerjaan yang ada di kota?”
Ahmad
: “memang banyak pak lowongan
pekerjaan di sana,
tapi saya Cuma lulusan
smp, sedangkan yang mereka cari itu
lulusan sarjana”
Pak Kades : “hem jadi begitu.”
Fatimah
: “maf nih pak, ngomong-ngomong kita belum berkenalan nih pak”
Pak Kades
: “oh iya, nama saya Harun, saya
menjabat sebagai kepala desa ini”
Fatimah
: “saya Fatimah dan ini suami saya Ahmad” (berjabat tangan)
Ahmad :
“oh jadi bapak kepala desa toh, mohon bantuannya pak saya belum banyak
mengenal warga desa ini.”
Pak Kades
: “ iya pasti, sebagai kepala
desa yang baik saya akan membantu warga yang
ada di desa ini, apalagi
warga baru seperti kalian”
Fatimah
: “ terima kasih banyak bapak.”
Pak Kades
: “iya sama-sama”
Muncullah
Badri yang hendak pergi mengaji ke rumah Kiayi Yahya
Badri :
“assalamualaikum pak kades” (berjabat
tangan)
Pak Kades
: “waalaikum salam, mau pergi kemana kamu Badri?”
Badri :
“saya ingin pergi mengaji”
Pak Kades
: “ mengaji di mana ?”
Badri
: “biasa di rumah Kiayi Yahya”
Pak Kades
: “oh begitu rupanya”
Badri
: “ ngomong-ngomong itu siapa Pak
Kades?”
Pak Kades
: “mereka adalah warga baru di sini.:
Ahmad :
“perkenalkan saya Ahmad (berjabat tangan)
dan ini istri saya Fatimah.”
Badri
: “iya.. nama saya Badri, salam
kenal ya, kalau begitu saya pamit dulu ya.. saya
buru-buru takut telat, assalamualaikum”
Pak Kades
: “waalaikum salam”
Ahmad & Fatimah : “waalaikumsalam”
Badri
pun pergi mengaji ke rumah Kiayi Yahya
Fatimah
: “kalau begitu kita juga pamit pak kades”
Pak
Kades : “ko buru-buru sih”
Ahmad
: “iya nih Pak Kades, kita sudah
lelah ingin cepat-cepat sampai di rumah baru
kita”
Pak Kades
: “kalian lewat mana?”
Ahmad
: “kami lewat situ Pak Kades.”
Pak Kades
: “yasudah kalau begitu bareng saja, saya juga mau lewat situ.”
Fatimah
: “yasudah…”
Ahmad
dan istrinya bergegas pergi, begitu juga dengan Pak Kades
Babak II
Di depan
rumah Kiayi Yahya,datanglah Badri sambil mengetuk pintu rumah Kiayi Yahya
Badri :
“ assalamualaikum..” (mengetuk pintu)
Kiayi Yahya : “waalaikumussalam wr. wb, sudah
sampai kau rupanya Badri”
Badri :
“iya pak Kiayi” (mencium tangan Kiayi)
Kiayi Yahya
: “ nampaknya kau lelah sekali”
Badri
: “haduh, (mengusap keringat) iya nih pak Kiayi”
Kiayi Yahya : “mengapa kau bisa selelah ini ?”
Badri
: “tadi pak Kiayi saya lewat
jalan yang biasa saya lewati, tetapi sedang ada
perbaikan jalan, akhirnya saya muter balik lewat jalan yang satu lagi,
dan saat
itu juga saya bertemu dengan Pak kades dan warga baru”
Kiayi Yahya
: “warga baru ?”
Badri
: “iya pak Kiayi, mereka itu
pasangan suami istri”
Kiayi Yahya : “lalu mereka tinggal di mana?”
Badri
: “saya kurang tau pak kiayi”
Kiayi Yahya
: “ yasudahlah, ayuk masuk ke dalam kita mengaji”
Mereka
berdua masuk ke dalam rumah dan mengaji.
Babak
III
Di
halaman rumah Ahmad yang baru ditempatinya, terlihat Fatimah sedang
bersih-bersih (menyapu lantai)
Fatimah
: “ hari baru, udara yang baru. Semoga dapat tetangga yang baik, dan
bisa saling
membantu satu sama lain.” J
Tiba-tiba
tampak dari dalam rumah terdengar teriakan suaminya.
Ahmad :
“ibu… bu..”
Fatimah
: “ada apa bapak pagi-pagi begini teriak?”
Ahmad :
“aku menemukan sesuatu bu di bawah bantal”
Fatimah
: “apa yang kamu temukan?”
Ahmad :
“aku temukan batu batu cincin bu”
Fatimah
: “ loh ko bias begitu pak ?”
Ahmad :
“ iya bias bu, sebelumnya aku bermimpi bu”
Fatimah
: “mimpi apa memangnya?”
Ahmad :
“aku mimpi bertemu dengan seorang laki-laki yang memakai jubah berwarna
hitam, lalu dia memberikan
batu batu cincin ini bu”
Fatimah
: “Lalu setelah itu apalagi pak ?”
Ahmad :
“dia pun berkata bahwa batu batu cincin ini dapat menyembuhkan segala
macam penyakit, untuk mencari
jodoh, menambah rejeki, dan lain-lain bu
Fatimah
: “astagfirullah al-adzim.. lalu bapak percaya begitu saja ?”
Ahmad :
“ya jelaslah aku percaya, karna batu ini akan memberikan banyak rezeki dan
keuntungan untuk kita”
Fatimah :
“istigfar pak.. yang memberikan kita rejeki hanyalah Allah, jangan
percaya
dengan benda-benda seperti
itu”
Ahmad :
“tau apa kau bu ! batu ini turun dari langit dan akan memberi kita rezeki dan
mengubah kehidupan seseorang”
Fatimah
: “sadar pak.. sadar, istigfar pak.. jangan kayak gini dong,, kita kan warga baru
disini, jangan cari-cari
masalah pak” (nada tinggi)
Ahmad :
“diam kau bu !! banyak bicara kau ini !!” (emosi)
Orang-orang
yang tidak sengaja mendengar obrolan Ahmad dan istrinya, yang mengaku memiliki batu
cincin yang bisa digunakan untuk menolong siapa saja, mereka pun tidak percaya
lalu mereka menghampiri Ahmad.
Dewi, Sri, dan Wulan : “assalamualaikum”
Ahmad & Fatimah : “waalaikumussalam”
Dewi
: “maaf nih pak sebelumnya”
Ahmad :
“iya memang ada apa?”
Dewi
: “tadi kami lagi di jalan pak,
tidak sengaja kami mendengar pembicaraan bapak,
bahwa bapak menemukan batu cicin yang bisa mengubah kehidupan seseorang,
apa betul begitu pak?”
Fatimah
: “jangan dengarkan suami saya, dia berbohong !!” (nada tinggi)
Dewi
: “iya tuh tidak mungkin, saya
juga tidak percaya dengan bualan suami ibu”
Sri
: “Saya juga tidak percaya”
Wulan
: “iya pak, saya juga tidak
percaya”
Ahmad :
“Yasudah kalau kalian tidak percaya, saya akan buktikan”
Dewi,Sri,Wulan : “Iya pak buktikan”
Ahmad :
“Tunggu sebentar saya akan mengambil sesuatu”
Fatimah
: “mau kemana pak ?”
Ahmad :
“diam kamu!!” (nada tinggi)
Ahmad
pun masuk ke dalam rumah dan mengambil sesuatu.
Ahmad :
“saya akan buktikan bahwa batu cincin ini benar-benar memiliki kekuatan, ini
ada sebuah kotak (menunjukan kotak) kalian punya uang
berapa?”
Dewi,Sri,Wulan : “buat apa?”
Ahmad :
“Buat saya gandakan uang kalian”
Dewi
: “memang bisa pak ?”
Ahmad :
“bisa !! (penuh keyakinan) kalian
punya uang berapa?”
Dewi
: “ini pak uang saya” (memberikan uangnya)
Sri
: “ini pak uang saya” (memberikan uangnya)
Wulan :
“ini pak uang saya” (memberikan uangnya)
Ahmad :
“ini uang kalian saya masukan ke dalam kotak, dan saya lipat gandakan 5 kali
lipat”
Uang
Dewi, Sri dan Wulan di masukan ke dalam kotak lalu Ahmad berkomat-kamit dan
menggesek-gesek batu batu cincinnya di atas kotak.
Ahmad :
“tunggu sebentar”
Dewi, Sri,Wulan : “iya pak”
Ahmad :
“kalian tidak usah menunggu lama-lama, sekarang saya akan ambil uang kalian
di dalam kotak ini (Ahmad pun
mengambil uangnya di dalam kotak) ini uang
kalian sudah saya gandakan lima
kali lipat”
Dewi,Sri, Wulan : “wuah tenyata beneran ya pak”
(terkejut)
Ahmad :
“iya dongg semuanya berkat batu cincin ini”
Dewi, Sri,Wulan : “wuah hebat”
Ahmad :
“haha.. iyalah, jika kalian mau mendapatkan uang yang lebih bnyak dari ini,
maka kalian harus jadi
pengikutku”
Dewi
: “wuah aku bisa kaya mendadak
nih.. yasudah pak mulai sekarang saya mau jadi
pengikut bapak”
Wulan : “gimana
sri? Apa kamu juga mau menjadi pengikutnya?”
Sri
: “emm gimana ya, (berfiikir) yasudah kalau begitu aku
mau menjadi pengikutnya”
Wulan : “ yasudah aku juga mau jadi
pengikutnya”
Ahmad :
“bagus kalau kalian mau jadi pengikutku”
Fatimah : “Jangan !! (melarang) kalian jangan jadi pengikut suamiku !! sungguh kalian
akan tersesat (nada tinggi)
Ahmad :
“diamlah !! (nada tinggi) mau apa
sebenarnya dirimu melarangku !! ini
pekerjaanku, tak pantas kau
melarangku !!” (nada tinggi)
Fatimah
: “Tapi pak…”
Ahmad :
“diam kau !!” (kesal)
Dewi :
“kalau begitu kita pergi dulu pak”
Ahmad :
“oh yasudah.. tapi ingat kalian harus beri tahu warga lain ya”
Dewi,Sri,Wulan : “baik pak, assalamualaikum”
Ahmad :
“waalaikumsalam”
Dewi,
Sri, dan Wulan percaya bahwa batu cincin Pak Ahmad benar-benar bisa mengubah
kehidupan seseorang, mereka pun pergi meninggalkan rumah Pak Ahmad dan akan
memberitahukan keepada warga mengenai kesaktian batu cincin Pak Ahmad.
Fatimah : “pak sadar pak, berhenti bertindak bodoh
seperti ini, bapak akan menyesatkan
banyak orang !!” (nada tinggi)
Ahmad :
“bosan ku mendengar kata-kata mu” (masuk
ke dalam rumah)
Fatimah : “tapi pak…..” (masuk ke dalam rumah)
Mereka
masuk ke dalam rumah. Setelah beberapa kali dinasihati oleh istrinya, Ahmad pun
tak menghiraukan kata-kata istrinya, Ahmad dan istrinya tetap mempertahankan
pendiriannya masing-masing.
Babak IV
Di
tengah jalan, Dewi, Sri dan Wulan bercerita tentang
Pak Ahmad yang memiliki batu cincin sakti.
Dewi :
“eh gak nyangka ya, ternyata Pak Ahmad punya batu cincin sakti ya”
Sri
: “iya gak nyangka ya, padahal
dia baru banget tinggal di sini”
Wulan :
“ iya bener, padahal baru banget tinggal disini”
Sri
: “hei Wulan. Dari tadi kau ikuti
kata-kata ku terus sih !!”
Wulan :
“yeah tidak sih”
Ketika
ada seorang warga yang lewat, Dewi pun memberhentikannya.
Dewi
: “hei pak Sam, maf nih
mengganggu sebentar”
Sam
: “memang ada apa nih tiba-tiba
memberhentikan saya?”
Dewi
: “begini pak Sam, bapak tau pak
Ahmad yang warga baru itu kan?”
Sam
: “oh pak Ahmad? Iya saya tahu,
memang kenapa?”
Dewi :
“bapak tahu gak yang sebenarnya dia itu siapa?”
Sam
: “dia itu pindahan dari kota kan?”
Dewi :
“bukan itu pak, tapi dia itu mempunyai batu cincin yang sangat sakti pak.”
Sam
: “Jangan asal bicara kamu ini !”
Dewi
: “loh saya tidak berkata
sembarangan, ini serius, kalo tidak percaya tanya saja
teman-teman saya”
Sri : “iya
benar tuh pak, kalo pak Ahmad benar-benar memiliki batu batu cincin yang
sangat sakti pak”
Sam
: “mana buktinya kalo dia
mempunyai batu cincin yang sakti? Gak ada kan?”
Wulan
: “ya jelas ada lah pak”
Sri :
“iya pak ada, buktinya tadi pak Ahmad dengan bantuan batu cincinnya bisa
menggandakan uang kami pak”
Sam
: “ah yang benar kalian?”
Wulan :
“ benar pak, bukan cuma itu saja, batu cincin pak Ahmad juga bisa mengubah
kehidupan seseorang, mendapat jodoh, rezeki, pekerjaan dan sebagainya
pak”
Sam
: “serius kalian?”
Dewi,Sri,Wulan : “iya pak”
Sam
: “wuah saya jadi ingin
mendapatkan jodoh juga”
Dewi :
“yasudah kalau begitu bapak jadi pengikutnya pak Ahmad saja”
Sam
: “oh yasudah kalau begitu saya
mau menjadi pengikut pak Ahmad”
Dewi :
“yasudah bagus kalau memang begitu, jangan lupa ajak teman-teman bapak ya”
Sam
: “tentu saja, nanti saya akan
ajak teman-teman saya.”
Dewi :
“yasudah besok pagi kita sama-sama pergi ke rumah pak Ahmad, minta agar
bapak boleh menjadi pengikutnya”
Sam
: “okeh deh”
Badri
yang berangkat dari rumahnya untuk mengaji di rumah Kiayi Yahya, melihat banyak
orang saling berbincang, dia pun seraya menghampiri.
Badri :
“assalamualaikum”
Dewi,Sri,Wulan,Sam
: “waalaikumsalam”
Badri :
“ada apa di sini rame-rame?”
Dewi : “begini bad, kita sedang membicarakan
pak Ahmad”
Badri :
“ko bicarain orang sih ! (nada tinggi)
itu gak baik, itu namanya gibah”
Dewi : “
bukan itu maksudnya.. tapi kita sedang membicarakan batu cincin sakti punya
nya pak Ahmad”
Badri :
“apa ? batu cincin sakti? (terkejut)
ah ngaco kamu”
Sri :
“bener itu bad”
Wulan :
“iya bener tuh bad”
Badri :
“ kenapa kalian bisa bilang batu cincin pak Ahmad itu sakti?”
Dewi : “karma dengan bantuann batu cincin pak
Ahmad, uang kami bisa digandakan 5
kali lipat, hebat kan
tuh, selain itu batu cincin pak Ahmad juga bisa mengubah
kehidupan”
Badri :
“ wuah kaco ini, masa kalian percaya dengan benda seperti itu sih, seharusnya
kalian hanya percaya kepada Allah SWT”
Sam :
“Hei Badri, tau apa kau ini”
Badri :
“astagfirullah al-adzim, istigfar kalian semua”
Sam :
“lebih baik kau diam, kau tak tahu apa-apa”
Badri :
“akan saya adukan perbuatan kalian kepada Kiayi Yahya”
Sam :
“silahkan !! (kesal) laporkan saja!!”
Badri :
“baiklah kalau begitu saya pergi dulu, assalamualaikum”
Dewi,Sri,Wulan,Sam
: “waalaikumsalam”
Badri
pun pergi mengaji serta melaporkan hal tersebut kepada Kiayi Yahya.
Sam
: “yasudah kalau begitu saya
pulang ke rumah ya”
Dewi,Sri,Wulan
: “kalau begitu bareng saja pak”
Sam
: “yasudah ayo”
Mereka
pun pulang menuju ke rumah masing-masing.
Babak V
Badri
menuju rumah Kiayi Yahya untuk mengaji, serta melaporkan atas kejadian batu
cincin sakti milik pak Ahmad.
Badri
: “assalamu’alaikum pak Kiayi”
Kiayi Yahya : “waalaikumussalam wr.wb.”
Badri
: “pak kiayi… gawat… gawat..” (cemas)
Kiayi Yahya : “tenang-tenang bad”
Badri
: “iya pak Kiayi” (menarik nafas)
Kiayi Yahya : “mukamu terlihat cemas sekali,
memang kau kenpa?”
Badri
: “tadi di jalan pak Kiayi”
Kiayi Yahya : “iya-iya memang di jalan ada apa
?”
Badri
: “tadi saya bertemu dengan Dewi
dan tema-temannya, lalu mereka mengatakan
bahwa batu cincin Pak Ahmad bisa
merubah kehidupan.”
Kiayi Yahya : “apa ? (kaget) apa kamu tidak salah dengar?”
Badri
: “tidak pak Kiayi, mereka yang
bilang sendiri”
Kiayi Yahya : “astagfirullah al-adzim, mengapa
mereka semua percaya bahwa batu
cincin itu bisa
merubah kehidupan?”
Badri
: “karena batu cincin itu bisa
menggandakan uang merka menjadi 5 kali lipat Pak
Kiayi”
Kiayi Yahya : “astagfirullah al-adzim, sungguh
mereka telah mensekutukan Allah,
sungguh tersesat
orang-orang itu”
Badri
: “saya juga tidak habis pikir
pak Kiayi, masa warga baru sudah membuat warga
di kampung kita jadi seperti ini”
Kiayi Yahya : “siapa saja orang di kampung kita
yang percaya dengan kesaktian batu
cincin pak Ahmad?”
Badri
: “Dewi dan kawan-kawannya
percaya pak Kiayi, begitu juga dengan Pak Sam,
apakah mungkin warga yang lain juga akan mempercayainya?”
Kiayi Yahya : “astagfirullah al-adzim, tenyata
lemah sekali iman Dewi dan teman-
temannya serta pak
Sam”
Badri
: “tindakan kita apa pak Kiayi?”
Kiayi Yahya : “kita harus memberhentikan in
semua, jangan sampai warga di sini
menjadi sesat hanya karna ulah orang yang
tidak mempunyai iman dan
tidak bertanggung
jawab”
Badri
: “betul itu pak Kiayi”
Kiayi Yahya : “kita harus menyadarkan
orang-orang yang sudah terlebih dahulu sesat”
Badri
: “saya akan selalu ada untuk itu
semua”
Kiayi Yahya : “bagus badri, kau cari kabar lagi
mengenai batu cincin sakti pak Ahmad”
Badri
: “baik pak Kiayi”
Kiayi Yahya : “yasudah ayo masuk ke dalam,
sekalian kita mengaji”
Badri
: “iya pak Kiayi”
Mereka
berdua masuk ke dalam untuk mengaji.
Babak VI
Ketika
terik matahari sudah menyengat bumi, warga pun berbondong-bondong untuk pergi
ke rumah Ahmad untuk menjadi pengikut pak Ahmad.
Warga :
“assalamualaikum”
Ahmad :
“waalaikumussalam, ada apa gerangan kalian datang ke sini?”
Dewi
: “begini pak Ahmad….”
Ahmad
: “loh mulai sekarang jangan
panggil saya pak Ahmad, tapi pangggil saya
dengan sebutan Eyang Ahmad”
Dewi :
“iya Eyang Ahmad, sesuai dengan janji kami, sekarang kami bawakan engkau
pengikut wahai Eyang Ahmad”
Ahmad
: “haha, ternya kerja kalian
bagus sekali” (memuji)
Dewi :
“ini yang akan menjadi pengikutmu Eyang Ahmad”
Sri
: “ini adalah Pak Sam” (menunjuk Sam)
Wulan
: “dan ini Pak Husein” (menunjuk Husein)
Husein :
“wahai Eyang Ahmad, saya ingin jadi pengikutmu”
Sam
: “saya juga ingin jadi
pengikutmu”
Ahmad
: “yasudah kalau begitu kalian
saya terima menjadi pengikutku, haha”
Warga
: “terima kasih Eyang Ahmad”
Ahmad :
iya-iya, tapi ingat ! (mengacam)
kalian harus mengikuti semua perintahku.”
Warga
: “ baik Eyang Ahmad”
Ahmad :
“akan aku ubah kehidupan kalian, yang dulunya kalian susah akan menjadi
kaya raya, apapun yang kalian
inginkan, semua akan tercapai dengan bantuan
batu cincin sakti ini”
Warga :
“terima kasih Eyang”
Ahmad :
“kalau begitu, pulanglah kalian semua, sesampainya kalian di rumah, kalian
masuk ke kamar dan kalian
lihat di bawah bantal kalian, di situ sudah aku
taruh emas dan berian untuk
kalian semua”
Sri :
“wuah tidak rugi ya kita menjadi pengikut Eyang”
Wulan :
“iya tidak rugi ya”
Warga :
“iya benar tuh”
Ahmad :
“yasudah pulanglah kalian, jangan lupa nanti malam kalian datang ke sini untuk
aku kukuhkan kalian menjadi
pengikutku”
Warga :
“baik Eyang, assalamu’alaikum”
Ahmad :
“waalaikumsalam”
Warga
meninggalkan rumah Pak Ahmad yang sekarang dipanggil Eyang Ahmad, karena
kekuatannya.
Babak VII
Warga
yang ingin pulang ke rumah, di tengah perjalanan bertemu dengan Pak Kades.
Pak Kades : “assalamu’alaikum bu.. pak…”
Warga :
“waalaikumsalam pak Kades”
Pak Kades
: “dari mana kalian rame-rame begini?”
Husein
: “dari rumah Eyang Ahmad, pak
Kades.”
Pak Kades : “Eyang Ahmad itu siapa?”
Husein :
“Eyang Ahmad itu pak Ahmad, yang warga baru itu pak Kades”
Pak Kades
: “loh, (kaget) kenapa dia
dipanggil Eyang Ahmad?”
Dewi :
“karena dia memiliki kesaktian di batu cincinnya”
Pak Kades : “batu cincinnya sakti? Maksudnya
apa?”
Husein : “maksudnya, Pak Ahmad itu memiliki batu
cincin yang sakti, yang bisa
merubah kehidupan, pak”
Pak Kades : “loh, ko bisa begitu sih? Ngaco
kalian !! Mana buktinya?”
Sri
: “yeah bapak dibilangin ngak
percaya, sudah dibuktikan ko kebenarannya”
Wulan
: “iya pak sudah dibuktikan
kebenarannya”
Pak Kades : “iya mana buktinya?”
Dewi
: “waktu itu uang Dewi, Sri dan
Wulan, dimasukkan ke dalam kotak, lalu kotak
tersebut digesek-gesek dengan batu cincin Eyang Ahmad dan pada waktu itu
juga uang kami berlipat ganda menjadi lima kali lipat”
Pak Kades : “itu paling hanya tipuan dia saja”
Sam
: “hei bapak jangan asal bicara
ya !! (marah) Eyang Ahmad itu adalah guru kami,
jadi bapak tidak boleh asal bicara”
Pak Kades
: “jangan hanya gara-gara hal itu kalian jadi percaya bahwa batu cincin
itu
benar-benar sakti,
mungkin otak kalian sudah dicuci kali ama si Eyang itu”
(menyindir)
Husein :
“yasudah terserah bapak mau bicara seperti apa !! (nada tinggi) yang pasti kita
semua mau pulang… mau buru-buru masuk kamar.”
Pak Kades : “loh ko tiba-tiba masuk kamar sih?”
(terkejut)
Husein :
“karena Eyang Ahmad telah menjanjikan kepada kita bahwa ketika kita pulang
nanti, di bawah bantal akan ada emas dan berian sebagai hadiah karna
telah
menjadi pengikut Eyang Ahmad”
Pak Kades : “terus kalian percaya?”
Husein : “ ya jelaslah, dia kan guru kita, dia gak bakal membohongi
kita.”
Pak Kades : “tapi kan….”
Husein :
“yasudahlah Pak Kades, kita mau pulang ke rumah ya…
Pak Kades : “saya belum rapi bicara!!” (nada tinggi)
Warga
: “dah.. assalamu’alaikum..”
Pak Kades : “waalaikumsalam”
Mereka
pun pulang ke rumah masing-masing.
Babak VIII
Ketika
malam, warga berbondong-bondong ke rumah Eyang Ahmad untuk dikukuhkan menjadi
pengikut Eyang Ahmad.
Warga :
“assalamu’alaikum Eyang Ahmad”
Ahmad
: “waalaikumsalam, bagus kalian
sudah datang ke rumah ku untuk aku
kukuhkan”
Husein :
“iya Eyang Ahmad, kami selalu menepati janji kami”
Ahmad :
“bagus kalau begitu, silahkan kalian duduk disitu”
Warga :
“baik Eyang”
Ahmad
: “dengarkan perkataan saya wahai
pengikutku !! saya adalah Eyang Ahmad,
yang akan mengubah kehidupan
kalian semua.”
Husein :
“Hidup Eyang Ahmad!!”
Warga
: “Hidup Eyang Ahmad!!”
Ahmad
: “haha, terima kasih. Oh iya..
apakah kalian sudah menemukan emas dan
berlian di kamar kalian?”
Dewi
: “iya sudah Eyang Ahmad, kami
semua sudah mendapatkan emas dan berlian
yang Eyang janjikan”
Ahmad
: “yasudah bagus kalau begitu,
tapi ingat kalian harus benar-benar menyakini
sepenuhnya bahwa aku adalah
Eyang Ahmad, yang akan memberikan kalian
pertolongan”
Sam
: “tentu kami akan meyakini
dengan sepenuh hati”
Sri :
“betul itu Eyang”
Wulan : “iya betul Eyang”
Husein
: “Hidup Eyang Ahmad!!”
Warga
: “Hidup Eyang Ahmad!!”
Secara
mengejutkan, Kiayi Yahya bersama muridnya dan juga Pak Kades, serta istri Pak
Ahmad datang secara tiba-tiba.
Kiayi Yahya : “assalamu’alaikum”
Warga :
“waalaikumsalam”
Ahmad :
“mau apa kalian datang ke sini !!” (kesal)
Pak Kades
: “sabarlah Pak Ahmad”
Ahmad
: “aku kira kau sedang tidur di
kamar, tak tahunya kau bersama mereka
menghianatiku.” (menunjuk Fatimah)
Fatimah : “aku seperti ini agar engkau sadar,
agar engkau tidak tersesat”
Badri :
“betul tuh pak Ahmad”
Ahmad
: “diam kau!!” (menunjuk Badri)
Kiayi Yahya : “maksud dan tujuan kami datang ke
sini agar engkau sadar dengan
perbuatanmu, agar engkau tidak tersesat terlalu
jauh.”
Ahmad
: “tau apa kau ini !!” (nada tinggi) batu cincin ini akan
menolong semua
pengikutku”
Kiayi Yahya
: “sadarlah, yang memberikan pertolongan hanyalah Allah, jangan sekali-
kali meminta
pertolongan dengan benda, itu sama aja kalian
mempersekutukan
Allah, berarti kalian telah syirik, Allah tidak menyukai
orang-orang yang
menduakannya.”
Badri
: “benar itu pak Kiayi”
Ahmad :
“diam kau !! (kesal) kurang ngajar sekali kau Kiayi sudah berani
menasihatiku,
rasakan ini !! (berkomat-kamit sambil memainkan cincinnya)
Kiayi Yahya : “bismillahhirrahmanirrahim”
Sesaat
kemudian Ahmad pun terpental dan menghembuskan nafas terakhir dalam keadaan
Su’ul Khotimah.
Fatimah : “bapak…. Bapak jangan tinggalin ibu” (sedih)
Kiayi Yahya : “innalillahi wainna ilaihi
rajiun, maha suci Allah yang telah memberikan
kita banyak sekali nikmat,
ALLAHU AKBAR”
Warga
: “innalillahi wainna ilaihi
rajiun”
Kiayi Yahya : “ apakah kalian masih mempercayai
tentang kesaktian batu cincin itu?”
Warga :
“tidak pak Kiayi” (menundukan kepala)
Dewi :
“kami tahu selama ini kami sudah salah pak Kiayi”
Warga :
“iya kami salah pak Kiayi, kami ingin seperti dulu lagi pak Kiayi”
Kiayi Yahya
: “ikuti kata-kata saya”
Warga
: “baik pak Kiayi”
Kiayi Yahya : “asyhaduala ilaahaillah,
wa’asyhaduana muhammadarrosulullah”
Warga :
“asyhaduala ilaahaillah, wa’asyhaduana muhammadarrosulullah”
Pak Kades
: “yasudah mari kita angkat jasad pak Ahmad dan kita bawa ke dalam
rumah”
Warga
: “baik pak Kades”
Akhirnya mereka membawa masuk jasad pak Ahmad
ke dalam rumah, dan keadaan warga kembali seperti semula, dan semua warga
percaya bahwa tidak ada yang mampu menandingi kekuatan ALLAH SWT.