Sabtu, 25 April 2015

Psikologi Pendidikan: Untukku, Untukmu, dan Untuknya.

Psikologi Pendidikan


Definisi Psikologi Pendidikan
Barlow mendefinisikan psikologi pendidikan sebagai: ….  a body of knowledge grounded in psychological research which provides a repertoire of resources to aid you in functioning more effectively in teaching learning process. Artinya psikologi pendidikan adalah sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu Anda melaksanakan tugas sebagai seorang guru dalam proses mengajar-belajar secara lebih efektif.
Menurut hemat saya, pendapat Barlow sudah sangat bagus. Tetapi Barlow mendefinisikan pengertian tersebut hanya untuk kegiatan mengajar-belajar. Tidak secara umum atau bukan pengertian yang lebih luas, melainkan pengertian yang terbatas pada suatu aspek.
Setelah saya membaca dan memahami pengertian psikologi pendidikan menurut para ahli, saya mencoba mendefinisikan psikologi pendidikan sesuai dengan kemampuan pikiran dan hati saya. Menurut saya psikologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari tentang ilmu jiwa dengan cara sistematis, yang di dalamnya terdapat pembelajaran, pengembangan motivasi, dan mengembangkan instruksional yang efektif. Jadi bukan hanya kepada aspek mengajar-belajar tetapi juga ke dalam ranah yang lebih luas.
Manfaat Belajar Psikologi Pendidikan
Manfaat belajar psikologi pendidikan bukan hanya untuk mengajar atau untuk bahan ajaran saja. Melainkan masih banyak manfaat yang bisa kita dapatkan dari belajar psikologi pendidikan. Menjadi motivator adalah salah satu manfaat mempelajari psikologi pendidikan. Karena di dalam psikologi pendidikan terdapat materi motivasi. Kita bisa memotivasi diri kita sendiri, bahkan kita juga bisa memotivasi orang lain. Maka dari itu belajar psikologi pendidikan secara tak langsung membuat kita bisa menjadi motivator. Selain menjadi motivator, manfaatnya juga bisa membuat kita lebih memahami diri sendiri, bahkan memahami orang lain. Dengan kata lain, kita belajar psikologi pendidikan mengenal lebih dalam diri sendiri, dan mengenal lebih dalam watak orang terdekat kita. Bahkan kita juga bisa menjadi psikolog (ahli jiwa). Bukan hanya memahami watak atau kepribadian orang terdekat, bahkan bisa mengetahui kepribadian orang yang jauh, bahkan orang yang baru kenal sekalipun.
Mengatasi masalah sosial juga merupakan manfaat belajar psikologi pendidikan. Psikologi dapat mengurai pangkal masalah, setidaknya mengurangi problem sosial. Kita dapat mengetahui karakteristik masalah-masalah sosial melalui sifat masyarakat sekitar. Sehingga ketika terjadi masalah sosial, akan diangkat hal yang melandasi kejadian tersebut. Sehingga akan terbuka masalah tersebut munculnya dari mana, perkembangannya, dan solusi agar bisa terpecahkan masalah tersebut.
Metode Psikologi Pendidikan
Seiring bergulirnya waktu, saya banyak mencoba berbagai metode di dalam psikologi pendidikan. Namun, metode eksperimen adalah metode yang paling saya sukai. Metode eksperimen adalah serangkaian percobaan yang dilakukan eksperimenter (peneliti yang bereksperimen) di dalam sebuah laboratorium atau ruangan tertentu lainnya. Metode tersebut memudahkan saya di dalam mempelajari psikologi pendidikan. Metode tersebut menuntut untuk melakukan percobaan-percobaan. Metode ini lebih bersifat definitif (pasti) dan lebih sainstifik (ilmiah) jika dibandingkan dengan data dan informasi yang dihimpun melalui  penggunaan-penggunaan metode lainnya. Saya pernah mencoba metode eksperimen ini di dalam kelas, misalnya dengan mengukur tinggi badan, menimbang massa badan, dan berbagai hal lainnya. Metode ini membuat saya dan kawan-kawan saya menjadi gembira. Dahulunya saya tidak tahu kini saya menjadi tahu dengan metode ini. Sebagaimana di dalam surat Al-Baqarah ayat 151, Allah SWT berfirman;
... وَيُعَلِّمُكُمْ مَّالَمْ تَكُوْنُوْا تَعْلَمُوْنَ...
Allah telah’mengajarkan’  kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.
Metode inilah yang membuat saya percaya bahwa keilmiahan harus dibuktikan dengan percobaan-percobaan sehingga tercapai pemikiran atau hasil yang pasti dan sesuai.
Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hal yang mengubah jasmani dan rohani. Dalam mempelajari pertumbuhan dan perkembangan, banyak sekali hal yang membuat hati menjadi bergelora. Membuat fikiran yang galau menjadi senang tak karuan. Menghilangkan kemalasan dengan keharusan. Itulah yang membuat saya senang mempelajari pertumbuhan dan perkembangan. Tepatnya pada waktu itu dihadapkan pada pengelompokan kecil, disitu dibagi beberapa kelompok, dan ditugaskan untuk membuat sebuah kesimpulan mengenai “pertumbuhan dan perkembangan”. Pada saat itu otak, pikiran dan tenaga diasah agar lebih kreatif dalam membuat kesimpulan itu. Kreatif dalam membuat hiasan di dalam paper. Itulah salah satu proses perkembangan yang membuat saya senang dalam menjalani hal tersebut.
Teori Belajar
Watson adalah seorang tokoh aliran behavioristik yang datang sesudah Thorndike. Menurutnya belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observabel) dan dapat diukur. Dengan kata lain, walaupun ia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun ia menganggap hal-hal tersebut sebagai faktor yang tak perlu diperhitungkan. Teori tersebut menjelaskan bahwa stimulus di sini adalah apa saja yang diberikan guru, baik berupa pertanyaan, pedoman, dan sebagainya. Sedangkan respon di sini adalah tanggapan siswa terhadap pertanyaan guru. Teori ini sangat cocok untuk melatih keaktifan siswa di dalam kelas. Teori ini juga berguna bagi guru karena guru akan lebih banyak tahu siswa berpotensi.
Multiple Intelegences
Intelegensi merupakan salah satu dari beberapa gejala kejiwaan yang sulit dipahami. Dalam KBBI, intelegensi adalah pengujian tingkat kecerdasan seseorang, terlepas dari pendidikannya. Sedangkan Multiple Intelegences adalah kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh setiap orang. Multiple intelegensi terbagi menjadi 8:
 




















1.      Kecerdasan Verbal – Linguistik (Verbal – Linguistik)
Bentuk kecerdasan ini menampakan pada kepekaan akan maknadan urutan kata serta kemampuan beragam penggunaan bahasa. Contohnya; ahli bahasa, sastrawan, orator, jurnalis dan lain-lain.
2.      Kecerdasan Logika – Matematika (Logical – Mathematical)
Kecerdasan ini sebagai pikiran analitik dan sainsitifik, dan dapat melihatnya dalam ahli sains, programmer, komputer, akuntan, ahli matematika.
3.      Kecerdasan Naturalis (Naturalistic)
Kecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk mengenali, membedakan, mengungkapkan, dan membuat kategori terhadap apa yang dijumpai di alam maupun lingkungan. Intinya adalah kemampuan manusia untuk mengenali tanaman, hewan dan bagian lain dari alam semesta.
4.      Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan ini berhubungan dengan penilaian diri yang akurat, penentuan tujuan, memahami diri/instropeksi diri, dan mengatur emosi diri.
5.      Kecerdasan Visual – Spatial
Kecerdasan ini hasil dari imaji dan menciptakan representasi grafis serta mampu mencipta ulang dunia visual.
6.      Kecerdasan Musik
Kecerdasan iniberhubungan dengan pola ritmik dan musik secara natural. Contohnya; penyanyi, musisi.
7.      Kecerdasan Kinestetik
Bentuk kecerdasan ini adalah berhubungan dengan pikiran dan tubuh. Kecerdasan ini menghasilkan aktivitas/gerak tubuh. Contohnya; pantonim, atlet, penari, aktor dan lain-lain.
8.      Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan ini berhubungan dengan membagi-bagi tugas seperti negosiasi dan organisasi berkaitan dengan PKn dan sosiologi. Contohnya; manajer, konselor, politikus, dan  lain-lain.
Setiap manusia bisa memiliki lebih dari satu intelegensi. Seperti saya ini, intelegensi saya bukan hanya kemampuan berbahasa, tetapi juga bermusik, dan juga spatial. Bahkan mungkin masih ada lagi. Namun, intelegensi yang paling besar pada diri saya adalah kemampuan berbahasa. Kemampuan berbahasa adalah kemampuan bagaimana seseorang bisa berbicara dengan baik, dan lancar. Bagaimana seseorang bisa memahami bahasa dari berbagai sudut. Seseorang yang berbahasa juga bisa bersastra dengan baik. Seperti saya yang menuangkan kemampuan saya dengan hal yang positif. Mulai dari berbahasa yang baik dan benar. Menulis puisi, cerpen, esai, artikel, dan karangan-karangan lainnya. Dengan membacakan puisi pada acara-acara tertentu, menjadi pemakalah. Walaupun itu pada dasarnya hal yang kecil. Namun jika terus dikembangkan maka itu akan menjadi besar. Saya kembangkan kemampuan yang saya punya agar tidak sirna perlahan-lahan.
Motivasi
Motif (motive) berakar dari akar kata bahasa latin “movere” yang kemudian menjadi ”motion” yang artinya gerak atau dorongan untuk bergerak. Jadi motif merupakan daya dorong, daya gerak atau penyebab seseorang untuk melakukan berbagai kegiatan dan dengan tujuan tertentu. Hal ini sejalan dengan pengertian yang dikemukakan oleh Woodworth & Marquis, dalam bukunya Psychology , hlm.337, yaitu: a motive is a set predisposes the individual of certain activities and for seeking certain goals (Motif adalah suatu set (kesiapan) yang menjadikan individucenderung untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu dan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu). Sedangkan motivasi (motivation) berarti pemberian atau penimbulan motif atau hal yang menjadi motif.
Dalam keseharian, pasti akan ada hal yang membuat kita ingin mencapai tujuan yang kita inginkan. Dari situ muncul motivasi jika kita ingin sesuatu maka kita harus bersungguh-sungguh untuk mendapatkan sesuatu. Maka dalam syair arab yang dikatakan ulama-ulama salaf :
مَنْ جَدَّ وَ جَدَ
“Barangsiapa yang bersungguh-sungguh, maka ia akan mendapatkan”
Dari situlah kita harus bersungguh-sungguh untuk mendapatkan sesuatu. Sama halnya dengan motivasi (dorongan) jika kita mendapatkan motivasi maka kita akan selalu bersemangat dan bersungguh-sungguh. Ada dua motivasi secara umum, yaitu; motivasi internal dan motivasi eksternal. Motivasi internal yang memengaruhi saya untuk menuntut ilmu  itu banyak sekali. Karena kemauan saya yang kuat untuk menuntut ilmu, lebih-lebih di jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI). Saya memotivasi diri saya agar mampu terus belajar dengan baik tanpa malas. Meskipun pada kenyataannya malas itu sering datang dari berbagai sisi. Ketika teman yang menghasut dan mengajak bermain. Padahal situasinya besok akan ada ujian. Hati kecil saya pun berkata ‘untuk apa kita bermain kalau ada hari esok, besok ada ujian dahulukanlah ujian, main nanti bisa kapan saja’. Terkadang juga situasi tidak mendukung kita, ketika kita sedang belajar, orang-orang rumah dengan suara yang berkoar-koar membuat telinga saya sedikit tersakiti. Pada saat itu kita dituntut agar bisa terus melanjutkan belajar meski pada kondisi yang tidak baik. Banyak juga orang yang lebih banyak pengetahuannya dibandingkan saya pribadi, sehingga saya merasa gencar dan ingin terus belajar agar bisa setara dengan orang tersebut bahkan melebihhinya.
Ada juga motivasi eksternal yang memengaruhi minat dan niat saya masuk PBSI. Salah satunya guru saya, ketika masih duduk di aliyah. Guru saya yang meyakini dengan sepenuh hati bahwa saya harus melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Sehingga apa boleh dikata, doa guru ibarat doa orang tua, yang terus mengalir demi kesuksesan anak didiknya. Begitu pula orang tua saya yang selalu mendukung keberhasilan saya di mana dan kapan pun saya berada. Kekasih hati saya juga termasuk faktor eksternal yang membuat saya masuk PBSI. Karena dialah saya bisa semangat melawan keganasan malas yang selalu merasuk ke dalam alam pikiran dan hati saya. Kendaraan pun menjadi faktor penting untuk memulai segala aktivitas. Jika saya tidak punya motor, saya tidak bisa membayangkan jika saya harus naik angkutan kota dan menunggu sejak pagi. Alhamdulillah, dengan adanya motor transportasi lebih mudah, lebih hemat waktu, hemat bioaya, bahkan hemat tenaga.
Teori Belajar pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Teori belajar kognitif adalah salah satu teori yang saya sukai. Teori ini lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Pada teori ini dijelaskan bahwa belajar tidak sekadar melibatkan hubungan stimulus dan respon. Model belajar ini mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahaman tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Menurut model belajar ini belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak. Jadi teori ini membuat saya merasa bahwa proses belajar itu adalah bagian terpenting di dalam proses pembelajaran, jika proses belajar dilakukan dengan maksimal dan baik maka hasilnya pun tidak akan jauh berbeda dengan prosesnya. Namun , kembali lagi kepada diri sendiri. Jika prosesnya baik tetapi si penerima tidak menangkap dengan maksimal dan baik maka proses tersebut tidak dapat dikatakan berhasil.
Guru yang Beraliran Behaviorisme
Kita ketahui aliran behaviorisme menjelaskan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus di sini berarti apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan atau gerakan/tindakan.
Setelah kita mengetahui pengertian stimulus dan respon. Maka guru beraliran behaviorisme memiliki ciri-ciri: (1) memberikan pertanyaan kepada siswa, (2) memberikan tugas kepada siswa, (3) memberikan materi yang sama namun baru, (4) mengajar dengan metode ceramah, (5) memberikan tes/kuis, (6) memecah materi pelajaran menjadi bagian kecil-kecil, dan (7) memberikan hukuman ringan ketika siswa tidak mengerjakan tugas.
Guru yang Beraliran Humanisme
Sebelum kita membahas mengenai ciri-ciri guru yang beraliran humanisme, maka kita harus tahu dahulu tentang pengertian dan aspek-aspek teori humanisme. Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Teori humanistik sangat mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses balajar itu sendiri. Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan serta tentang proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal.
Dari paparan di atas kita dapat mengetahui ciri-ciri guru yang beraliran humanisme yaitu; (1) menentukan mateti pelajaran yang tepat dengan silabus dan kemampuan siswa, (2) mengidentifikasi topik-topik pelajaran yang memungkinkan siswa secara aktif melibatkan diri atau mengalami dalam belajar, (3) merancang fasilitan belajar seperti lingkungan dan media pembelajaran, (4) membimbing siswa untuk memahami hakikat makna dari pengalaman belajarnya, (5) membimbing siswa membuat konseptualisasi pengalaman belajarnya, dan (6) membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru ke situasi nyata.




Daftar Pustaka
Budianingsih, Asri. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 2012
Muhibbin, Syah, M.Ed. Dr. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2011
Rachman, Abror Abd. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Tiara Wacana. 1993