Definisi Psikologi
Pendidikan
Barlow mendefinisikan psikologi pendidikan sebagai: …. a body of knowledge grounded in psychological
research which provides a repertoire of resources to aid you in functioning
more effectively in teaching learning process. Artinya psikologi pendidikan
adalah sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang menyediakan
serangkaian sumber-sumber untuk membantu Anda melaksanakan tugas sebagai
seorang guru dalam proses mengajar-belajar secara lebih efektif.
Menurut hemat saya, pendapat Barlow sudah sangat bagus.
Tetapi Barlow mendefinisikan pengertian tersebut hanya untuk kegiatan
mengajar-belajar. Tidak secara umum atau bukan pengertian yang lebih luas,
melainkan pengertian yang terbatas pada suatu aspek.
Setelah saya membaca dan memahami pengertian psikologi
pendidikan menurut para ahli, saya mencoba mendefinisikan psikologi pendidikan
sesuai dengan kemampuan pikiran dan hati saya. Menurut saya psikologi
pendidikan adalah ilmu yang mempelajari tentang ilmu jiwa dengan cara sistematis,
yang di dalamnya terdapat pembelajaran,
pengembangan
motivasi, dan mengembangkan instruksional yang efektif. Jadi bukan hanya kepada
aspek mengajar-belajar tetapi juga ke dalam ranah yang lebih luas.
Manfaat Belajar Psikologi Pendidikan
Manfaat belajar psikologi pendidikan bukan hanya untuk
mengajar atau untuk bahan ajaran saja. Melainkan masih banyak manfaat yang bisa
kita dapatkan dari belajar psikologi pendidikan. Menjadi motivator adalah salah
satu manfaat mempelajari psikologi pendidikan. Karena di dalam psikologi
pendidikan terdapat materi motivasi. Kita bisa memotivasi diri kita sendiri,
bahkan kita juga bisa memotivasi orang lain. Maka dari itu belajar psikologi
pendidikan secara tak langsung membuat kita bisa menjadi motivator. Selain menjadi
motivator, manfaatnya juga bisa membuat kita lebih memahami diri sendiri,
bahkan memahami orang lain. Dengan kata lain, kita belajar psikologi pendidikan
mengenal lebih dalam diri sendiri, dan mengenal lebih dalam watak orang
terdekat kita. Bahkan kita juga bisa menjadi psikolog (ahli jiwa). Bukan hanya
memahami watak atau kepribadian orang terdekat, bahkan bisa mengetahui
kepribadian orang yang jauh, bahkan orang yang baru kenal sekalipun.
Mengatasi masalah sosial juga
merupakan manfaat belajar psikologi pendidikan. Psikologi dapat mengurai
pangkal masalah, setidaknya mengurangi problem sosial. Kita dapat mengetahui
karakteristik masalah-masalah sosial melalui sifat masyarakat sekitar. Sehingga
ketika terjadi masalah sosial, akan diangkat hal yang melandasi kejadian
tersebut. Sehingga akan terbuka masalah tersebut munculnya dari mana,
perkembangannya, dan solusi agar bisa terpecahkan masalah tersebut.
Metode Psikologi
Pendidikan
Seiring bergulirnya waktu, saya banyak
mencoba berbagai metode di dalam psikologi pendidikan. Namun, metode eksperimen
adalah metode yang paling saya sukai. Metode eksperimen adalah serangkaian
percobaan yang dilakukan eksperimenter (peneliti yang bereksperimen) di dalam
sebuah laboratorium atau ruangan tertentu lainnya. Metode tersebut memudahkan
saya di dalam mempelajari psikologi pendidikan. Metode tersebut menuntut untuk
melakukan percobaan-percobaan. Metode ini lebih bersifat definitif (pasti) dan
lebih sainstifik (ilmiah) jika dibandingkan dengan data dan informasi yang
dihimpun melalui penggunaan-penggunaan
metode lainnya. Saya pernah mencoba metode eksperimen ini di dalam kelas,
misalnya dengan mengukur tinggi badan, menimbang massa badan, dan berbagai hal
lainnya. Metode ini membuat saya dan kawan-kawan saya menjadi gembira.
Dahulunya saya tidak tahu kini saya menjadi tahu dengan metode ini. Sebagaimana
di dalam surat Al-Baqarah ayat 151, Allah SWT berfirman;
... وَيُعَلِّمُكُمْ مَّالَمْ تَكُوْنُوْا تَعْلَمُوْنَ...
Allah telah’mengajarkan’ kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.
Metode inilah yang membuat saya
percaya bahwa keilmiahan harus dibuktikan dengan percobaan-percobaan sehingga
tercapai pemikiran atau hasil yang pasti dan sesuai.
Pertumbuhan dan
Perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan
hal yang mengubah jasmani dan rohani. Dalam mempelajari pertumbuhan dan
perkembangan, banyak sekali hal yang membuat hati menjadi bergelora. Membuat
fikiran yang galau menjadi senang tak karuan. Menghilangkan kemalasan dengan
keharusan. Itulah yang membuat saya senang mempelajari pertumbuhan dan
perkembangan. Tepatnya pada waktu itu dihadapkan pada pengelompokan kecil,
disitu dibagi beberapa kelompok, dan ditugaskan untuk membuat sebuah kesimpulan
mengenai “pertumbuhan dan perkembangan”. Pada saat itu otak, pikiran dan tenaga
diasah agar lebih kreatif dalam membuat kesimpulan itu. Kreatif dalam membuat
hiasan di dalam paper. Itulah salah satu proses perkembangan yang
membuat saya senang dalam menjalani hal tersebut.
Teori Belajar
Watson adalah seorang tokoh aliran
behavioristik yang datang sesudah Thorndike. Menurutnya belajar adalah proses
interaksi antara stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku
yang dapat diamati (observabel) dan dapat diukur. Dengan kata lain,
walaupun ia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang
selama proses belajar, namun ia menganggap hal-hal tersebut sebagai faktor yang
tak perlu diperhitungkan. Teori tersebut menjelaskan bahwa stimulus di sini
adalah apa saja yang diberikan guru, baik berupa pertanyaan, pedoman, dan
sebagainya. Sedangkan respon di sini adalah tanggapan siswa terhadap pertanyaan
guru. Teori ini sangat cocok untuk melatih keaktifan siswa di dalam kelas.
Teori ini juga berguna bagi guru karena guru akan lebih banyak tahu siswa
berpotensi.
Multiple Intelegences
Intelegensi merupakan salah satu dari beberapa gejala kejiwaan yang sulit
dipahami. Dalam KBBI, intelegensi adalah pengujian tingkat kecerdasan
seseorang, terlepas dari pendidikannya.
Sedangkan Multiple Intelegences adalah kecerdasan majemuk yang dimiliki
oleh setiap orang. Multiple intelegensi terbagi menjadi 8:
1.
Kecerdasan Verbal – Linguistik (Verbal – Linguistik)
Bentuk
kecerdasan ini menampakan pada kepekaan akan maknadan urutan kata serta
kemampuan beragam penggunaan bahasa. Contohnya; ahli bahasa, sastrawan, orator,
jurnalis dan lain-lain.
2.
Kecerdasan Logika – Matematika (Logical – Mathematical)
Kecerdasan
ini sebagai pikiran analitik dan sainsitifik, dan dapat melihatnya dalam ahli
sains, programmer, komputer, akuntan, ahli matematika.
3.
Kecerdasan Naturalis (Naturalistic)
Kecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk mengenali, membedakan,
mengungkapkan, dan membuat kategori terhadap apa yang dijumpai di alam maupun
lingkungan. Intinya adalah kemampuan manusia untuk mengenali tanaman, hewan dan
bagian lain dari alam semesta.
4.
Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan ini berhubungan dengan penilaian diri yang akurat, penentuan
tujuan, memahami diri/instropeksi diri, dan mengatur emosi diri.
5.
Kecerdasan Visual – Spatial
Kecerdasan ini hasil dari imaji dan menciptakan representasi grafis serta
mampu mencipta ulang dunia visual.
6.
Kecerdasan Musik
Kecerdasan
iniberhubungan dengan pola ritmik dan musik secara natural. Contohnya;
penyanyi, musisi.
7.
Kecerdasan Kinestetik
Bentuk kecerdasan ini adalah berhubungan dengan pikiran dan tubuh.
Kecerdasan ini menghasilkan aktivitas/gerak tubuh. Contohnya; pantonim, atlet,
penari, aktor dan lain-lain.
8.
Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan ini berhubungan dengan membagi-bagi tugas seperti negosiasi dan
organisasi berkaitan dengan PKn dan sosiologi. Contohnya; manajer, konselor,
politikus, dan lain-lain.
Setiap manusia bisa memiliki lebih dari satu intelegensi. Seperti saya ini,
intelegensi saya bukan hanya kemampuan berbahasa, tetapi juga bermusik, dan
juga spatial. Bahkan mungkin masih ada lagi. Namun, intelegensi yang paling
besar pada diri saya adalah kemampuan berbahasa. Kemampuan berbahasa adalah
kemampuan bagaimana seseorang bisa berbicara dengan baik, dan lancar. Bagaimana
seseorang bisa memahami bahasa dari berbagai sudut. Seseorang yang berbahasa
juga bisa bersastra dengan baik. Seperti saya yang menuangkan kemampuan saya
dengan hal yang positif. Mulai dari berbahasa yang baik dan benar. Menulis
puisi, cerpen, esai, artikel, dan karangan-karangan lainnya. Dengan membacakan
puisi pada acara-acara tertentu, menjadi pemakalah. Walaupun itu pada dasarnya
hal yang kecil. Namun jika terus dikembangkan maka itu akan menjadi besar. Saya
kembangkan kemampuan yang saya punya agar tidak sirna perlahan-lahan.
Motivasi
Motif (motive) berakar dari akar kata bahasa latin “movere”
yang kemudian menjadi ”motion” yang artinya gerak atau dorongan untuk
bergerak. Jadi motif merupakan daya dorong, daya gerak atau penyebab seseorang
untuk melakukan berbagai kegiatan dan dengan tujuan tertentu. Hal ini sejalan
dengan pengertian yang dikemukakan oleh Woodworth & Marquis, dalam bukunya Psychology
, hlm.337, yaitu: a motive is a set predisposes the individual of
certain activities and for seeking certain goals (Motif adalah suatu set
(kesiapan) yang menjadikan individucenderung untuk melakukan kegiatan-kegiatan
tertentu dan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu). Sedangkan motivasi (motivation)
berarti pemberian atau penimbulan motif atau hal yang menjadi motif.
Dalam keseharian, pasti akan ada hal yang membuat kita ingin mencapai
tujuan yang kita inginkan. Dari situ muncul motivasi jika kita ingin sesuatu
maka kita harus bersungguh-sungguh untuk mendapatkan sesuatu. Maka dalam syair arab
yang dikatakan ulama-ulama salaf :
مَنْ جَدَّ وَ جَدَ
“Barangsiapa
yang bersungguh-sungguh, maka ia akan mendapatkan”
Dari situlah kita harus bersungguh-sungguh untuk mendapatkan sesuatu. Sama
halnya dengan motivasi (dorongan) jika kita mendapatkan motivasi maka kita akan
selalu bersemangat dan bersungguh-sungguh. Ada dua motivasi secara umum, yaitu;
motivasi internal dan motivasi eksternal. Motivasi internal yang memengaruhi
saya untuk menuntut ilmu itu banyak
sekali. Karena kemauan saya yang kuat untuk menuntut ilmu, lebih-lebih di
jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI). Saya memotivasi diri
saya agar mampu terus belajar dengan baik tanpa malas. Meskipun pada
kenyataannya malas itu sering datang dari berbagai sisi. Ketika teman yang
menghasut dan mengajak bermain. Padahal situasinya besok akan ada ujian. Hati
kecil saya pun berkata ‘untuk apa kita bermain kalau ada hari esok, besok ada
ujian dahulukanlah ujian, main nanti bisa kapan saja’. Terkadang juga situasi
tidak mendukung kita, ketika kita sedang belajar, orang-orang rumah dengan
suara yang berkoar-koar membuat telinga saya sedikit tersakiti. Pada saat itu
kita dituntut agar bisa terus melanjutkan belajar meski pada kondisi yang tidak
baik. Banyak juga orang yang lebih banyak pengetahuannya dibandingkan saya
pribadi, sehingga saya merasa gencar dan ingin terus belajar agar bisa setara
dengan orang tersebut bahkan melebihhinya.
Ada juga motivasi eksternal yang memengaruhi minat dan niat saya masuk
PBSI. Salah satunya guru saya, ketika masih duduk di aliyah. Guru saya yang
meyakini dengan sepenuh hati bahwa saya harus melanjutkan ke jenjang perguruan
tinggi. Sehingga apa boleh dikata, doa guru ibarat doa orang tua, yang terus
mengalir demi kesuksesan anak didiknya. Begitu pula orang tua saya yang selalu
mendukung keberhasilan saya di mana dan kapan pun saya berada. Kekasih hati
saya juga termasuk faktor eksternal yang membuat saya masuk PBSI. Karena dialah
saya bisa semangat melawan keganasan malas yang selalu merasuk ke dalam alam
pikiran dan hati saya. Kendaraan pun menjadi faktor penting untuk memulai
segala aktivitas. Jika saya tidak punya motor, saya tidak bisa membayangkan
jika saya harus naik angkutan kota dan menunggu sejak pagi. Alhamdulillah,
dengan adanya motor transportasi lebih mudah, lebih hemat waktu, hemat bioaya,
bahkan hemat tenaga.
Teori
Belajar pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Teori belajar kognitif adalah salah satu teori yang saya sukai. Teori ini
lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Pada teori ini
dijelaskan bahwa belajar tidak sekadar melibatkan hubungan stimulus dan respon.
Model belajar ini mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh
persepsi serta pemahaman tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan
belajarnya. Menurut model belajar ini belajar adalah perubahan persepsi dan
pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak.
Jadi teori ini membuat saya merasa bahwa proses belajar itu adalah bagian
terpenting di dalam proses pembelajaran, jika proses belajar dilakukan dengan
maksimal dan baik maka hasilnya pun tidak akan jauh berbeda dengan prosesnya.
Namun , kembali lagi kepada diri sendiri. Jika prosesnya baik tetapi si
penerima tidak menangkap dengan maksimal dan baik maka proses tersebut tidak
dapat dikatakan berhasil.
Guru yang Beraliran Behaviorisme
Kita ketahui aliran behaviorisme menjelaskan bahwa belajar adalah perubahan
tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Stimulus di sini berarti apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan
belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap
melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta
didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan atau
gerakan/tindakan.
Setelah kita mengetahui pengertian stimulus dan respon. Maka guru beraliran
behaviorisme memiliki ciri-ciri: (1) memberikan pertanyaan kepada siswa, (2)
memberikan tugas kepada siswa, (3) memberikan materi yang sama namun baru, (4)
mengajar dengan metode ceramah, (5) memberikan tes/kuis, (6) memecah materi
pelajaran menjadi bagian kecil-kecil, dan (7) memberikan hukuman ringan ketika
siswa tidak mengerjakan tugas.
Guru yang Beraliran Humanisme
Sebelum kita membahas mengenai ciri-ciri guru yang beraliran humanisme,
maka kita harus tahu dahulu tentang pengertian dan aspek-aspek teori humanisme.
Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk
kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Teori humanistik sangat
mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses balajar itu sendiri. Teori
belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk
membentuk manusia yang dicita-citakan serta tentang proses belajar dalam
bentuknya yang paling ideal.
Dari paparan di atas kita dapat mengetahui ciri-ciri guru yang beraliran
humanisme yaitu; (1) menentukan mateti pelajaran yang tepat dengan silabus dan
kemampuan siswa, (2) mengidentifikasi topik-topik pelajaran yang memungkinkan
siswa secara aktif melibatkan diri atau mengalami dalam belajar, (3) merancang
fasilitan belajar seperti lingkungan dan media pembelajaran, (4) membimbing
siswa untuk memahami hakikat makna dari pengalaman belajarnya, (5) membimbing
siswa membuat konseptualisasi pengalaman belajarnya, dan (6) membimbing siswa
dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru ke situasi nyata.
Daftar
Pustaka
Budianingsih,
Asri. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 2012
Muhibbin,
Syah, M.Ed. Dr. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2011
Rachman,
Abror Abd. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Tiara Wacana. 1993